Tembang pangkur, sebuah bagian yang penting dari tradisi seni Jawa, bukan hanya sekadar lagu atau puisi biasa.
Ilustrasi oleh Clarisa Sendy |
Oleh Anna Fadiah
Tembang macapat, salah satu warisan budaya Jawa yang kaya, terdiri dari sebelas jenis yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri.
Salah satu jenis tembang macapat yang terkenal adalah tembang pangkur.
Bagi masyarakat Jawa, tembang macapat bukan sekadar seni belaka; ia memiliki kedalaman makna yang melampaui sekadar hiburan semata.
Tembang macapat, termasuk tembang pangkur, dianggap lebih dari sekadar lagu atau puisi.
Mereka dianggap sebagai sarana untuk menyampaikan nasihat, amanat, dan bahkan sebagai alat pendidikan.
Makna-makna dalam tembang macapat tidak hanya tersirat dalam liriknya, tetapi juga dalam watak atau karakter yang diusung oleh setiap jenis tembang.
Dalam tembang macapat, kehadiran watak atau karakter menjadi sangat penting.
Setiap jenis tembang macapat memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal melodi, irama, maupun makna yang disampaikan.
Contohnya, tembang pangkur memiliki ciri khas dalam melodi dan iramanya yang khas, serta mengusung makna yang seringkali berkaitan dengan kisah percintaan atau kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, tembang macapat, termasuk tembang pangkur, bukan hanya sekadar hiburan melodi yang enak didengar, tetapi juga menjadi sarana yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Masyarakat Jawa memandangnya sebagai bagian dari warisan leluhur yang harus dilestarikan dan dihargai sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Tembang pangkur, sebuah bagian yang penting dari tradisi seni Jawa, tidak hanya sekadar lagu atau puisi biasa.
Di balik melodi yang indah dan lirik yang puitis, tembang pangkur mengandung makna yang mendalam tentang perjalanan hidup manusia dari dunia fana menuju kehidupan spiritual.
Makna dari kata "pangkur" sendiri memberi petunjuk tentang esensi tembang ini.
Kata "pangkur" berasal dari kata "mungkur" dalam bahasa Jawa, yang secara harfiah berarti "mundur" atau "selesai".
Dalam konteks tembang pangkur, makna ini mengisyaratkan tentang akhir sebuah fase atau perjalanan.
Tembang pangkur sering kali menggambarkan fase-fase perjalanan hidup manusia, mulai dari masa muda dan kehidupan duniawi yang penuh dengan lika-liku, hingga fase kemunduran atau penyelesaian yang mengarah kepada kesadaran akan kehidupan spiritual.
Melalui lirik-liriknya yang puitis, tembang pangkur mengajak pendengarnya untuk merenungkan arti dan tujuan sejati keberadaan manusia di dunia ini.
Dengan demikian, tembang pangkur bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga merupakan sarana refleksi dan introspeksi bagi pendengarnya.
Ia memicu perenungan tentang arti hidup, tujuan, dan hakikat keberadaan manusia di dunia ini, serta mengajak untuk mengambil pelajaran dari setiap fase perjalanan hidup menuju kedewasaan spiritual.
Tembang pangkur bukan hanya sekadar lagu atau puisi, tetapi juga merupakan cerminan dari filosofi kehidupan yang dalam.
Melalui lirik-liriknya yang kaya akan makna, tembang ini mengajak pendengarnya untuk merenung tentang fase-fase perjalanan hidup, terutama ketika manusia mendekati akhir masa hidupnya.
Filosofi yang terkandung dalam tembang pangkur menyoroti fase ketika manusia mulai menyadari penuaan dan kerapuhan tubuhnya.
Melalui metafora ini, tembang pangkur menyampaikan pesan bahwa ketika masa tua telah tiba, manusia seharusnya lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan meninggalkan segala sifat duniawi yang melekat padanya.
Ini adalah saat-saat untuk merenungkan perjalanan hidup, mengevaluasi kehidupan yang telah dijalani, dan mempersiapkan diri untuk fase berikutnya, yaitu kehidupan spiritual.
Selain filosofi, tembang pangkur juga mencerminkan watak yang kuat dan penuh ketulusan.
Watak ini tercermin dalam lirik-liriknya yang sarat dengan nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Tembang pangkur mengajak pendengarnya untuk menghadapi tantangan hidup dengan gagah berani, serta untuk melakukan transformasi diri yang mengarah kepada kedewasaan spiritual.
Dengan demikian, tembang pangkur tidak hanya sekadar lagu tradisional, tetapi juga merupakan cerminan dari kebijaksanaan dan kearifan yang terkandung dalam filsafat dan budaya Jawa.
Ia memberikan penghiburan, inspirasi, dan pandangan yang dalam tentang arti dan tujuan hidup manusia di dunia ini.
1. Nuntut Ilmu
Nuntut ilmu neng sekolah
Bisa angerteni budi pekerti
Papan bisa nggo sinau
Wayah esok lan awan
Ngrungoake perintahe marang guru
Lan bisa ngerti agama
Agama kang migunani
2. Nimba Ilmu
Sekar pangkur ngilmu nyata
Diwiwiti sing sabar lan prihatin
Nimba ilmu marang guru
Wayah isuk lan awan
Mrih sukses sinau ilmu ingkang luhur
Ampun lali bab agama
Bab Agama marang Gusti
3. Sekolah
Bocah bocah do sekolah
Wiwit mbiyen nalika iseh cilik
Sregep anggone sinau
Wayah esuk lan awan
Nglakokake perintahe para guru
Lan bisa ngerti agama
Agama ngersaning Gusti
4. Sregep Sekolah
Ayo padha nyang sekolah
Sinau supaya dadi wong sugih
Sugih pekarane ilmu
Ora sugih sing liya
Ilmu iku penting kanggo anak putu
Supaya ngerti berjuang
Kanggo pangurip sing asli
5. Pendidikan Dhuwur
Iku kaki takokena
Marang para sarjana kang martapi
Mring tapaking tepa tulus
Kawawa nahen hawa
Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu
Tan mesthi neng janma wredha
Tuwin mudha sudra kaki