Fenomena ini terjadi karena beberapa faktor, termasuk letak geografis dan perbedaan metode penentuan waktu shalat dan waktu puasa.
Puasa. Ilustrasi oleh Clarisa Sendy |
Oleh Anna Fadiah
Bulan suci Ramadhan memang menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Namun, apa yang membuat Ramadhan begitu istimewa adalah kekhususan waktu puasanya.
Di beberapa negara, waktu puasa bisa berlangsung hingga nyaris satu hari penuh.
Fenomena ini terjadi karena beberapa faktor, termasuk letak geografis dan perbedaan dalam metode penentuan waktu shalat dan waktu puasa.
Salah satu negara di mana waktu puasa bisa sangat panjang adalah Norwegia.
Terletak di wilayah kutub utara, Norwegia memiliki fenomena musim panjang dan musim dingin yang ekstrem.
Selama musim panjang, matahari tidak pernah benar-benar terbenam di atas cakrawala, yang berarti umat Muslim di sana harus berpuasa hampir sepanjang hari.
Hal serupa juga terjadi di negara-negara Skandinavia lainnya, seperti Swedia dan Finlandia.
Selama musim panjang, terjadi fenomena "midnight sun" di mana matahari tetap terbit bahkan di tengah malam.
Akibatnya, waktu puasa menjadi sangat panjang dan mencapai hampir satu hari penuh.
Selain itu, ada juga negara-negara di khatulistiwa yang memiliki waktu puasa yang panjang karena perbedaan dalam metode penentuan waktu shalat.
Di sini, waktu matahari terbenam dan terbit relatif stabil sepanjang tahun, tetapi ada perbedaan pendekatan dalam menghitung waktu puasa.
Misalnya, di Indonesia, ada perbedaan antara waktu puasa yang ditetapkan berdasarkan metode hisab (perhitungan astronomi) dan metode rukyat (pengamatan langsung hilal).
Di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura, di mana metode rukyat umumnya lebih banyak digunakan, waktu puasa bisa sedikit lebih panjang karena umat Muslim menunggu pengamatan langsung hilal sebelum menetapkan awal Ramadhan.
Hal ini bisa membuat waktu puasa menjadi sedikit lebih panjang daripada negara-negara yang menggunakan metode hisab.
Dengan demikian, Ramadhan di beberapa negara bisa menjadi momen yang penuh tantangan, tetapi juga penuh makna dan kebersamaan bagi umat Muslim yang menjalani ibadah puasa di tengah berbagai kondisi geografis dan budaya yang berbeda.
Berikut daftar 10 negara dengan waktu puasa terlama di dunia:
1. Finlandia
Di Finlandia, umat Muslim menghadapi tantangan yang unik dalam menjalankan ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan.
Negara ini dikenal sebagai negara dengan waktu puasa terlama di dunia, dengan durasi puasa yang hampir mencapai seharian penuh, yaitu sekitar 23 jam sehari.
Periode siang yang panjang di musim panas Finlandia menjadi penyebab utama dari durasi puasa yang sangat panjang ini.
Seiring dengan perputaran bumi yang membawa matahari hampir tidak pernah tenggelam di langit, umat Muslim di Finlandia harus menahan lapar dan haus untuk waktu yang sangat lama setiap harinya selama bulan Ramadhan.
Puasa yang berlangsung hampir sepanjang hari ini menuntut kesabaran dan ketahanan yang luar biasa dari umat Muslim di Finlandia.
Mereka harus menemukan cara untuk tetap menjaga kekuatan fisik dan spiritual mereka dalam menghadapi tantangan ini.
Meskipun cuaca yang dingin dan gelap pada musim dingin memberikan sedikit kelonggaran bagi umat Muslim di Finlandia dalam hal durasi puasa, namun hal tersebut menjadi kontras dengan musim panas di mana hari hampir tidak pernah gelap sama sekali.
Ini menjadikan ibadah puasa di Finlandia sebagai pengalaman yang unik dan menantang bagi umat Muslim setempat.
Meskipun demikian, komunitas Muslim di Finlandia menemukan kekuatan dalam solidaritas dan kesatuan dalam menjalankan ibadah puasa mereka.
Mereka memanfaatkan momen-momen sulit ini sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah, memperdalam keimanan, dan menguatkan hubungan dengan sesama umat Muslim.
Kebersamaan dalam menghadapi cobaan ini menjadi landasan kuat bagi mereka untuk melalui bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan keteguhan hati.
2. Islandia
Islandia, dengan keajaiban alamnya yang memukau dan pemandangan Aurora yang memukau, menjadi rumah bagi komunitas Muslim yang menjalankan ibadah puasa dengan tantangan yang luar biasa.
Di negara ini, umat Muslim dihadapkan pada durasi puasa yang sangat panjang, mencapai 22 jam sehari, menjadikannya salah satu negara dengan waktu puasa terlama di dunia.
Tantangan utama dalam menjalankan puasa di Islandia adalah periode siang yang panjang selama musim panas.
Pada puncak musim panas, matahari hampir tidak pernah tenggelam di langit, memberikan sedikit atau bahkan tidak ada kesempatan bagi umat Muslim untuk berbuka puasa dalam kegelapan.
Ini mengakibatkan umat Muslim harus menahan lapar, haus, dan lelah untuk waktu yang sangat lama setiap harinya.
Meskipun demikian, komunitas Muslim di Islandia menemukan cara untuk tetap kuat dan tegar dalam menjalani ibadah puasa mereka.
Mereka mencari kekuatan dalam keyakinan dan kesabaran, serta mendapat dukungan dari sesama umat Muslim dan masyarakat setempat.
Solidaritas di antara mereka menjadi kunci dalam menghadapi tantangan yang dihadapi, memungkinkan mereka untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh keimanan dan keteguhan hati.
Selain itu, meskipun durasi puasa yang panjang menjadi ujian fisik dan mental bagi umat Muslim di Islandia, banyak dari mereka melihatnya sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah, memperkuat hubungan dengan sesama, dan menguatkan keimanan.
Puasa menjadi momen untuk merenungkan nikmat-nikmat Allah dan bersyukur atas karunia-Nya, serta memperbaiki diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dengan semangat dan keteguhan hati, umat Muslim di Islandia melalui bulan suci Ramadhan dengan kekuatan dan kebersamaan, membuktikan bahwa keyakinan dan solidaritas adalah kunci untuk mengatasi tantangan apapun, termasuk durasi puasa yang sangat panjang di negara yang dikenal dengan keindahan alamnya yang menakjubkan.
3. Swedia
Di negara Swedia, umat Muslim menghadapi tantangan yang mirip dengan tetangga mereka di Norwegia.
Mereka menjalankan ibadah puasa selama 20 jam sehari, menempatkannya di antara negara-negara dengan waktu puasa yang cukup panjang.
Tantangan utama yang dihadapi umat Muslim di Swedia adalah durasi siang yang panjang selama musim panas.
Seperti negara-negara Skandinavia lainnya, Swedia juga mengalami fenomena Matahari tenggelam sangat lambat atau bahkan tidak tenggelam sama sekali selama beberapa bulan pada musim panas.
Hal ini membuat waktu berbuka puasa menjadi terbatas, dengan jendela waktu yang sangat singkat di antara waktu Maghrib dan waktu Subuh.
Meskipun durasi puasa yang panjang menjadi ujian yang berat bagi umat Muslim di Swedia, mereka tetap teguh dalam menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesabaran dan keyakinan.
Mereka mencari kekuatan dalam iman dan mengambil manfaat dari kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah.
Solidaritas di antara komunitas Muslim juga sangat penting, karena mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi tantangan ini.
Bagi umat Muslim di Swedia, bulan suci Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan spiritualitas dan keimanan.
Mereka menggunakan bulan ini sebagai kesempatan untuk merenungkan dan memperbaiki diri, serta memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama manusia.
Dengan semangat kebersamaan dan kekuatan iman, umat Muslim di Swedia melewati bulan suci Ramadhan dengan penuh tekad dan keteguhan hati, menjadikannya sebagai waktu yang berharga untuk mendekatkan diri pada Allah dan meningkatkan kualitas spiritual mereka.
4. Alaska, Amerika Serikat
Di Alaska, Amerika Serikat, waktu puasa menjadi pengalaman yang unik bagi umat Muslim karena perubahan dramatis dalam durasi siang dan malam sepanjang tahun.
Di musim panas, Alaska dikenal dengan fenomena "Midnight Sun" di mana matahari tetap terbit sepanjang malam, menciptakan hari yang sangat panjang.
Hal ini menyebabkan umat Muslim di sana menjalankan puasa selama hampir 20 jam sehari, sebuah tantangan yang besar dalam menahan lapar dan haus selama waktu yang begitu lama.
Namun, di sisi lain, ketika musim dingin tiba, situasinya berubah secara drastis.
Alaska mengalami fenomena "Polar Night" di mana matahari tidak muncul sama sekali selama beberapa bulan.
Dalam kondisi ini, umat Muslim di Alaska hanya memiliki sekitar 5 jam waktu siang untuk menjalankan ibadah puasa.
Perubahan ekstrem ini menunjukkan bagaimana kondisi geografis yang unik dapat mempengaruhi pelaksanaan ibadah puasa.
Bagi umat Muslim di Alaska, menyesuaikan diri dengan perubahan yang ekstrem ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Mereka belajar untuk mengatur waktu ibadah dan aktivitas sehari-hari mereka sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, mereka tetap teguh dalam menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Kehadiran komunitas Muslim yang solid di Alaska juga memberikan dukungan dan kekuatan tambahan bagi individu-individu dalam menjalani ibadah mereka.
Mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi tantangan yang unik ini, menjadikan pengalaman puasa di Alaska sebagai pengalaman yang unik dan bermakna bagi mereka.
5. Kanada
Waktu puasa bagi umat Muslim di Kanada bisa sangat bervariasi tergantung pada letak geografisnya.
Meskipun Kanada terkenal dengan cuaca ekstremnya, namun terdapat perbedaan signifikan dalam durasi puasa di berbagai kota di negara ini.
Sebagai contoh, di Kota Toronto, di mana terdapat komunitas Muslim yang besar, umat Muslim menjalani puasa selama sekitar 16 jam sehari.
Namun, di kota lain seperti Edmonton, waktu puasa bisa mencapai hingga 19 jam sehari.
Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan dalam durasi antara waktu matahari terbenam dan terbit di tempat-tempat tersebut.
Edmonton, yang terletak lebih jauh ke utara, mengalami periode siang yang lebih panjang selama musim panas, yang berarti waktu antara matahari terbenam dan terbit lebih singkat.
Akibatnya, umat Muslim di sana harus menahan lapar dan haus lebih lama dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah dengan durasi siang yang lebih pendek.
Hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi umat Muslim di Kanada, terutama karena puasa dilakukan selama bulan Ramadhan yang jatuh pada musim panas di belahan utara.
Meskipun demikian, komunitas Muslim di Kanada tetap teguh dalam menjalankan ibadah puasa mereka, menemukan kekuatan dan ketabahan dalam melalui hari-hari panjang puasa meskipun dengan tantangan cuaca yang ekstrem.
Kesungguhan dan kesabaran umat Muslim di Kanada dalam menjalankan ibadah puasa mereka merupakan bagian yang penting dari warisan budaya dan spiritual mereka, menunjukkan dedikasi mereka dalam menjalankan ajaran agama mereka di tengah-tengah berbagai kondisi yang berbeda.
6. Rusia
Di Rusia, yang terkenal dengan wilayahnya yang luas, pengalaman waktu puasa umat Muslim bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya.
Kota Moskow, ibu kota Rusia, menyaksikan umat Muslim menjalani puasa selama hingga 19 jam sehari.
Waktu yang panjang ini menciptakan tantangan tersendiri bagi umat Muslim di kota tersebut, yang harus menahan lapar dan haus selama periode yang cukup lama setiap hari.
Namun, di kota yang lebih utara seperti Murmansk, situasinya menjadi lebih ekstrem.
Murmansk terletak di wilayah Arktik dan terkenal dengan periode polar yang panjang.
Sebagai hasilnya, umat Muslim di Murmansk menjalankan puasa selama lebih dari 20 jam sehari, dengan periode siang yang sangat pendek atau bahkan tidak ada sama sekali.
Perubahan dramatis dalam durasi siang dan malam di kota-kota Rusia menciptakan tantangan unik bagi umat Muslim dalam menjalankan ibadah puasa.
Selain itu, perubahan musim yang ekstrem, dengan musim panas yang panjang dan musim dingin yang gelap, juga memengaruhi pengalaman waktu puasa mereka.
Meskipun demikian, umat Muslim di Rusia tetap teguh dalam menjalankan ibadah mereka, menunjukkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi tantangan yang unik ini.
Kehadiran komunitas Muslim yang kuat di Rusia memberikan dukungan dan solidaritas bagi individu-individu yang menjalani ibadah puasa dalam kondisi yang sulit ini.
Mereka saling menguatkan dan memberikan dukungan moral satu sama lain, menjadikan pengalaman puasa di Rusia sebagai waktu yang penuh makna dan spiritual bagi mereka.
7. Belarus
Di Belarus, sebuah negara yang terletak di Eropa Timur, umat Muslim menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang cukup panjang, mencapai hingga 19 jam sehari.
Ini menjadi pengalaman yang menantang bagi umat Muslim di negara ini, terutama mengingat cuaca dan iklim yang beragam di wilayah tersebut.
Selama bulan suci Ramadhan, ketika matahari terbenam menjadi penanda berakhirnya hari puasa, umat Muslim di Belarus harus menahan lapar dan haus selama periode yang cukup lama sebelum mereka dapat berbuka puasa.
Ini menuntut kesabaran dan keteguhan hati dari mereka yang menjalankan ibadah puasa, karena mereka harus tetap kuat dan berdisiplin meskipun dalam situasi yang menantang.
Namun, di tengah tantangan ini, umat Muslim di Belarus menemukan kekuatan dan semangat dalam menjalankan ibadah mereka.
Mereka berbagi solidaritas dan saling mendukung satu sama lain, menciptakan ikatan komunitas yang kuat di antara mereka.
Semangat kebersamaan ini membantu mereka melewati hari-hari puasa dengan penuh keberanian dan keyakinan.
Meskipun waktu puasa yang panjang dapat menjadi ujian bagi fisik dan mental, umat Muslim di Belarus merangkul bulan suci Ramadhan dengan penuh pengabdian dan kesadaran spiritual.
Mereka melihat bulan ini sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah, meningkatkan keimanan, dan memperkuat ikatan dengan sesama umat Muslim di seluruh dunia.
8. Jerman
Di Jerman, umat Muslim menjalani bulan suci Ramadhan dengan waktu puasa yang cukup panjang, berkisar antara 18 hingga 19 jam sehari.
Dimulai dari dini hari sekitar pukul 03.00, mereka memulai ibadah puasa hingga waktu berbuka tiba pada pukul 22.00.
Waktu puasa yang panjang ini menciptakan tantangan tersendiri bagi umat Muslim di Jerman.
Mereka harus menahan lapar, haus, dan kelelahan sepanjang hari, terutama dalam situasi di mana musim panas dapat membuat hari menjadi lebih panjang dan cuaca lebih hangat.
Meskipun demikian, umat Muslim di Jerman mengambil kesempatan ini sebagai momen untuk meningkatkan keimanan dan kesadaran spiritual mereka.
Selama bulan Ramadhan, umat Muslim di Jerman menjalani rutinitas harian mereka dengan disiplin dan kesabaran yang tinggi.
Mereka tetap menjalankan aktivitas sehari-hari seperti bekerja, bersekolah, dan melakukan kegiatan lainnya, sambil tetap menjaga ibadah puasa dengan penuh kesungguhan.
Ini menunjukkan komitmen mereka untuk menjalankan ajaran agama dengan penuh tanggung jawab.
Meskipun waktu puasa yang panjang bisa menjadi tantangan, umat Muslim di Jerman menemukan kekuatan dan ketenangan dalam menjalani ibadah mereka.
Mereka memanfaatkan bulan suci Ramadhan sebagai kesempatan untuk membersihkan jiwa, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan memperdalam ikatan dengan sesama umat Muslim.
Semangat persaudaraan dan solidaritas juga berkembang di antara komunitas Muslim di Jerman selama bulan Ramadhan, menciptakan atmosfer yang penuh kasih dan dukungan satu sama lain.
9. Inggris
Di Inggris, umat Muslim menghadapi waktu puasa yang panjang selama bulan suci Ramadhan.
Mereka menjalani ibadah puasa selama 18 hingga 19 jam sehari, dimulai dari dini hari sekitar pukul 02.30 hingga waktu berbuka pada pukul 21.30.
Waktu puasa yang berkepanjangan ini merupakan tantangan bagi umat Muslim di Inggris, terutama karena jadwal puasa yang panjang ini dapat menyebabkan peningkatan rasa lapar, haus, dan kelelahan.
Di musim panas, hari yang lebih panjang juga menambah tantangan bagi mereka yang menjalani ibadah puasa, karena mereka harus menahan lapar dan haus lebih lama.
Namun, meskipun tantangan tersebut ada, umat Muslim di Inggris menghadapi bulan Ramadhan dengan semangat dan kegembiraan.
Mereka melihat bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah, membersihkan jiwa, dan meningkatkan kesadaran spiritual mereka.
Selama bulan ini, umat Muslim di Inggris juga berusaha untuk meningkatkan amal dan berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama melalui kegiatan amal dan derma kepada yang membutuhkan.
Bulan Ramadhan juga menjadi waktu yang berharga bagi komunitas Muslim di Inggris untuk berkumpul dan bersatu dalam ibadah dan kegiatan sosial.
Mereka mengadakan buka puasa bersama, shalat tarawih di masjid-masjid, dan berbagai kegiatan keagamaan dan budaya lainnya untuk merayakan bulan suci ini.
Semangat persaudaraan dan solidaritas antar umat Muslim juga terasa kuat selama bulan Ramadhan, menjadikannya sebagai waktu yang istimewa dan bermakna bagi komunitas Muslim di Inggris.
10. Turki
Di Turki, umat Muslim menjalani ibadah puasa selama 17 jam sehari selama bulan suci Ramadhan.
Waktu puasa yang panjang ini menuntut kesabaran dan ketahanan fisik serta spiritual dari umat Muslim yang menjalankannya.
Meskipun cuaca panas seringkali menjadi tantangan tambahan bagi umat Muslim di Turki yang berpuasa, mereka tetap bersemangat untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.
Bulan Ramadhan di Turki diisi dengan berbagai aktivitas keagamaan dan kebersamaan, seperti buka puasa bersama di masjid-masjid dan rumah-rumah, serta shalat tarawih di malam hari.
Bulan suci Ramadhan juga menjadi momen refleksi dan introspeksi bagi umat Muslim di Turki.
Mereka menggunakan waktu ini untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, merenungkan dosa-dosa mereka, dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi kesempatan bagi umat Muslim di Turki untuk mendekatkan diri pada sesama dan meningkatkan kepedulian sosial, dengan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dan melakukan amal kebajikan.
Meskipun tantangan fisik dan mental yang dihadapi, umat Muslim di Turki melihat bulan Ramadhan sebagai waktu yang istimewa dan penuh berkah.
Mereka bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah untuk menjalani ibadah puasa dan berdoa agar mereka dapat menjalankannya dengan penuh keimanan dan ketakwaan.
Semangat dan kebersamaan umat Muslim di Turki selama bulan Ramadhan menjadi bukti kekuatan dan kekompakan komunitas Muslim dalam menjalankan ibadah yang mulia ini.