Ilustrasi oleh Clarisa Sendy |
Obsvor.com - Salah satu ciri utama makhluk hidup adalah bergerak atau berpindah tempat.
Ciri ini paling membedakannya dengan benda mati atau tak bernyawa.
Gerak dalam makhluk hidup tidak selalu berarti berpindah tempat secara fisik seperti yang biasa kita lihat pada manusia atau hewan, tetapi bisa juga berarti perubahan posisi atau reaksi terhadap rangsangan tertentu.
Hewan serta manusia dapat bergerak dan berpindah tempat dengan jelas.
Contohnya, manusia berjalan kaki untuk menuju suatu tempat atau melakukan aktivitas sehari-hari.
Hewan, seperti singa atau cheetah, berlari dengan cepat untuk mengejar mangsanya, menunjukkan kemampuan bergerak yang luar biasa untuk bertahan hidup.
Bahkan hewan-hewan kecil seperti serangga, memiliki kemampuan bergerak yang memungkinkan mereka untuk mencari makanan atau menghindari bahaya.
Namun, bagaimana dengan tumbuhan? Apakah tumbuhan juga bergerak? Pertanyaan ini sering muncul karena tumbuhan tampak diam dan tidak berpindah tempat seperti hewan.
Meski demikian, tumbuhan sebenarnya juga melakukan gerakan, hanya saja gerakan mereka tidak selalu terlihat secara langsung oleh mata kita karena berlangsung sangat lambat atau terjadi dalam skala yang lebih kecil.
Tumbuhan merespon rangsangan dari lingkungan sekitarnya melalui gerakan yang disebut tropisme.
Tropisme adalah gerakan atau pertumbuhan bagian dari tumbuhan sebagai respon terhadap rangsangan eksternal.
Ada beberapa jenis tropisme, di antaranya fototropisme, gravitropisme, dan tigmotropisme.
Fototropisme adalah gerakan tumbuhan yang dipengaruhi oleh cahaya.
Sebagai contoh, kita sering melihat bahwa batang tumbuhan cenderung tumbuh ke arah sumber cahaya.
Hal ini karena sel-sel pada bagian batang yang jauh dari cahaya akan memanjang lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel yang terkena cahaya langsung, sehingga menyebabkan batang melengkung ke arah cahaya.
Fenomena ini bisa diamati pada tumbuhan yang diletakkan dekat jendela; mereka akan tumbuh menuju jendela untuk mendapatkan lebih banyak cahaya matahari yang diperlukan dalam proses fotosintesis.
Gravitropisme, atau geotropisme, adalah respon tumbuhan terhadap gravitasi.
Akar tumbuhan biasanya menunjukkan gravitropisme positif, yaitu tumbuh ke arah bawah, sejalan dengan tarikan gravitasi.
Sebaliknya, batang menunjukkan gravitropisme negatif karena tumbuh ke arah atas, melawan tarikan gravitasi.
Gerakan ini penting untuk memastikan bahwa akar dapat menyerap air dan nutrisi dari tanah, sementara batang dan daun dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis.
Tigmotropisme adalah gerakan tumbuhan sebagai respon terhadap sentuhan atau kontak fisik dengan objek lain.
Tumbuhan merambat seperti kacang polong atau anggur menunjukkan tigmotropisme dengan melilitkan sulur-sulurnya pada penopang yang mereka temui.
Gerakan ini memungkinkan tumbuhan untuk mendukung pertumbuhannya ke arah yang lebih tinggi dan lebih stabil, sehingga mereka dapat menjangkau lebih banyak sumber cahaya.
Selain tropisme, ada juga gerakan yang disebut nasti.
Gerakan nasti tidak bergantung pada arah rangsangan.
Contoh gerakan nasti adalah mekarnya bunga di pagi hari dan menutupnya pada malam hari, atau gerakan daun putri malu (Mimosa pudica) yang menguncup ketika disentuh.
Gerakan ini terjadi karena perubahan tekanan turgor pada sel-sel tertentu di dalam tumbuhan.
Gerakan tumbuhan mungkin tidak secepat atau sejelas gerakan hewan, tetapi mereka adalah bukti nyata bahwa tumbuhan juga hidup dan bereaksi terhadap lingkungannya.
Mereka memiliki mekanisme kompleks yang memungkinkan mereka beradaptasi dan bertahan hidup, meskipun dalam cara yang tidak selalu terlihat oleh mata manusia.
Dengan memahami gerakan-gerakan ini, kita bisa lebih menghargai keunikan dan kecanggihan dari kehidupan tumbuhan yang seringkali terlupakan atau dianggap remeh.
Secara keseluruhan, gerakan adalah salah satu ciri fundamental dari semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan.
Meskipun mereka tidak berpindah tempat seperti manusia atau hewan, tumbuhan tetap menunjukkan berbagai bentuk gerakan yang vital bagi kelangsungan hidup mereka.
Ini menegaskan bahwa, seperti halnya makhluk hidup lainnya, tumbuhan pun memiliki cara unik untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan dunia di sekitarnya.
Menurut Try Koryati, dkk dalam buku Fisiologi Tumbuhan (2021), jika manusia dan hewan dapat bergerak secara aktif, tumbuhan hanya mampu bergerak secara pasif.
Gerakan pasif tumbuhan ini terjadi sebagai respons terhadap rangsangan dari lingkungannya, yang kemudian mengubah cara pertumbuhan salah satu bagian tumbuhan.
Berbeda dengan hewan yang dapat langsung berpindah tempat untuk mencari makanan atau menghindari bahaya, tumbuhan memiliki cara unik dan berbeda untuk menanggapi kondisi sekitarnya.
Salah satu contoh respons tumbuhan terhadap rangsangan adalah pergerakan akar yang semakin masuk ke dalam tanah.
Akar tumbuhan memiliki kemampuan untuk mendeteksi gravitasi dan kelembapan di sekitarnya, sehingga mereka tumbuh ke arah yang lebih dalam untuk mencari air dan nutrisi yang diperlukan.
Ini adalah contoh dari gravitropisme, di mana akar menunjukkan gravitropisme positif dengan tumbuh ke bawah, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu proses pencarian sumber daya.
Contoh lain dari gerakan pasif tumbuhan adalah pergerakan daun yang menguncup dan membuka.
Ini sering diamati pada tanaman putri malu (Mimosa pudica), yang daunnya akan menguncup ketika disentuh.
Gerakan ini dikenal sebagai tigmonasti atau seismonasti, yaitu respons terhadap rangsangan mekanis.
Saat daun putri malu disentuh, sinyal akan dikirim melalui sel-sel tumbuhan yang menyebabkan perubahan tekanan turgor di dalam sel-sel tertentu, sehingga daun tersebut menguncup sebagai bentuk pertahanan.
Semua respons tumbuhan terhadap rangsangan dikontrol oleh hormon tumbuhan.
Hormon-hormon ini berfungsi sebagai pembawa pesan secara kimiawi yang mengatur berbagai proses fisiologis dan perkembangan dalam tumbuhan.
Misalnya, auksin adalah salah satu hormon yang memainkan peran penting dalam fototropisme, di mana batang tumbuhan tumbuh ke arah sumber cahaya.
Auksin akan terdistribusi lebih banyak pada sisi batang yang jauh dari cahaya, menyebabkan sel-sel pada sisi tersebut memanjang lebih cepat dibandingkan dengan sisi yang terkena cahaya langsung, sehingga batang tumbuhan melengkung ke arah cahaya.
Gibberellin adalah hormon lain yang terlibat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Hormon ini berperan dalam mempercepat pertumbuhan batang, memicu perkecambahan biji, serta mengatur pembungaan dan perkembangan buah.
Contoh lainnya adalah hormon sitokinin yang bekerja sama dengan auksin untuk mengatur pembelahan sel dan diferensiasi jaringan, serta hormon etilen yang berperan dalam pematangan buah dan respon terhadap stres.
Selain hormon-hormon tersebut, ada juga hormon asam absisat (ABA) yang berfungsi dalam respons tumbuhan terhadap stres lingkungan seperti kekeringan.
ABA membantu tumbuhan mengurangi laju transpirasi dengan menutup stomata, sehingga air yang ada di dalam tumbuhan dapat dipertahankan lebih lama.
Ini adalah contoh bagaimana hormon-hormon tumbuhan tidak hanya mengatur pertumbuhan dan perkembangan, tetapi juga membantu tumbuhan bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Dari sini dapat kita lihat bahwa meskipun tumbuhan tidak bergerak secara aktif seperti hewan, mereka memiliki mekanisme yang kompleks dan efisien untuk menanggapi berbagai rangsangan dari lingkungan.
Gerakan pasif yang dimediasi oleh hormon-hormon tumbuhan ini memungkinkan mereka untuk beradaptasi, tumbuh, dan bertahan hidup meskipun tidak dapat berpindah tempat secara bebas.
Memahami bagaimana tumbuhan bergerak dan merespons lingkungannya membantu kita lebih menghargai keunikan dan keajaiban dunia tumbuhan.
Tumbuhan mungkin tampak diam dan pasif, tetapi di balik penampilan mereka yang tenang, terdapat serangkaian proses dinamis yang menunjukkan kehidupan yang penuh adaptasi dan respons terhadap dunia di sekitar mereka.
Dikutip dari buku *Sains untuk Anak: Kumpulan Pertanyaan Sains Anak Cerdas* (2017) karya Hotimah, gerak pada tumbuhan tidak berarti berpindah tempat.
Meskipun tumbuhan tidak dapat bergerak secara aktif seperti hewan dan manusia, mereka tetap menunjukkan berbagai bentuk gerakan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Pergerakan ini biasanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, ketersediaan unsur kimia dalam tanah, serta sinar matahari.
Gaya gravitasi bumi memainkan peran penting dalam gerakan tumbuhan, terutama melalui proses yang disebut gravitropisme.
Gravitropisme adalah respons pertumbuhan tumbuhan terhadap gravitasi, di mana akar tumbuhan menunjukkan gravitropisme positif dengan tumbuh ke bawah menuju pusat bumi, sedangkan batang menunjukkan gravitropisme negatif dengan tumbuh ke atas, menjauhi pusat bumi.
Gerakan ini memastikan bahwa akar dapat mencapai dan menyerap air serta nutrisi yang terkandung dalam tanah, sementara batang dan daun dapat mengakses cahaya matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis.
Salah satu contoh gravitropisme adalah pertumbuhan biji yang baru berkecambah.
Ketika biji mulai berkecambah, akar embrio akan segera tumbuh ke bawah, sementara tunas batang akan tumbuh ke atas.
Ini adalah hasil dari sensor gravitasi yang ada pada tumbuhan yang memungkinkan mereka untuk menentukan arah pertumbuhan yang optimal sejak awal kehidupan mereka.
Ketersediaan unsur kimia dalam tanah juga mempengaruhi gerakan tumbuhan.
Tumbuhan memerlukan berbagai unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium untuk tumbuh dan berkembang.
Jika suatu area tanah kekurangan salah satu unsur hara ini, akar tumbuhan akan merespons dengan tumbuh lebih panjang dan lebih dalam ke dalam tanah untuk mencari dan menyerap unsur-unsur tersebut.
Fenomena ini disebut kemotropisme, di mana tumbuhan menunjukkan respons pertumbuhan terhadap konsentrasi kimia tertentu dalam lingkungannya.
Akar yang tumbuh menuju sumber air atau unsur hara tertentu menunjukkan betapa adaptifnya tumbuhan dalam mencari sumber daya yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.
Sinar matahari adalah faktor penting lainnya yang mempengaruhi gerakan tumbuhan.
Fototropisme adalah respons pertumbuhan tumbuhan terhadap cahaya, di mana bagian tumbuhan seperti batang dan daun akan tumbuh menuju sumber cahaya.
Fototropisme positif ini memastikan bahwa daun mendapatkan cahaya yang cukup untuk menjalankan fotosintesis, proses vital di mana tumbuhan menghasilkan makanan dan energi.
Contoh klasik dari fototropisme adalah tanaman rumah yang diletakkan di dekat jendela; mereka akan cenderung tumbuh ke arah jendela untuk mendapatkan lebih banyak sinar matahari.
Selain gravitropisme, kemotropisme, dan fototropisme, tumbuhan juga menunjukkan berbagai gerakan lain yang tidak selalu terlihat dengan jelas oleh mata kita.
Misalnya, nasti adalah gerakan tumbuhan yang terjadi sebagai respons terhadap rangsangan, tetapi arah gerakannya tidak bergantung pada arah rangsangan tersebut.
Gerakan nasti termasuk gerakan daun putri malu yang menguncup ketika disentuh atau gerakan membuka dan menutupnya bunga tertentu di pagi dan sore hari.
Peran hormon tumbuhan juga sangat penting dalam mengatur gerakan-gerakan ini.
Hormon seperti auksin, gibberellin, sitokinin, dan etilen mengontrol berbagai proses pertumbuhan dan respons terhadap rangsangan lingkungan.
Auksin, misalnya, berperan dalam fototropisme dengan memicu pertumbuhan sel-sel di sisi batang yang tidak terkena cahaya, menyebabkan batang melengkung menuju sumber cahaya.
Gibberellin membantu mempercepat pertumbuhan batang dan memicu perkecambahan biji, sementara sitokinin mengatur pembelahan sel dan diferensiasi jaringan.
Etien adalah hormon yang berperan dalam pematangan buah dan respons terhadap stres.
Saat buah matang, etilen diproduksi dalam jumlah besar, mempercepat proses pematangan.
Hormon ini juga membantu tumbuhan mengatasi stres akibat kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti kekeringan atau serangan patogen.
Dengan memahami gerakan dan respons tumbuhan terhadap lingkungan, kita dapat melihat betapa canggih dan kompleksnya kehidupan tumbuhan.
Meskipun mereka tidak berpindah tempat seperti hewan, tumbuhan memiliki mekanisme yang memungkinkan mereka untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan hidup dalam berbagai kondisi.
Mereka menunjukkan bahwa kehidupan tidak selalu memerlukan gerakan aktif untuk beradaptasi dan berkembang, melainkan dapat terjadi melalui perubahan pertumbuhan dan respons yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan.
Gerakan pasif tumbuhan ini adalah bukti dari keajaiban alam dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.
Favorit —